Hal-hal yang bisa Mengutuhkan jiwa
“Dan demi jiwa serta penyempurnaannya
(ciptaannya)” QS Asy Syams [91] : 7

Pada awal penciptaannya, jiwa kita dicipta oleh Allah SWT dalam keadaan sempurna. Jiwa yang utuh itu saat ini sedang hidup di dalam raga kita. Raga yang dihidupi jiwa yang utuh akan memandang hidup ini secara utuh.
Perumpamaan jiwa kita seperti
gelas, gelas yang utuh akan dapat dimanfaatkan untuk diisi air secara optimal
dibanding gelas yang retak atau pecah.
Lalu apakah yang kita fahami
tentang hidup ini?
Utuhnya
jiwa akan membuat kita memandang dan menyimpulkan segala sesuatu secara utuh
Jiwa yang utuh memahami hidup ini
sebagai hamparan kesempatan untuk berbuat kebaikan.
Jiwa yang retak memandang bahwa
hidup ini untuk berbuat kebaikan dan keburukan.
Jiwa yang retak memandang hidup ini
untuk berbuat keburukan demi keburukan.
Dengan jiwa
yang utuh apapun yang kita lihat, dengar, rasakan dan kita alami dalam hidup
ini selalu menginspirasi untuk melakukan kebaikan. Senantiasa akan kita dengar pesan-pesan kebaikan di balik setiap peristiwa.
Sehingga APAPUN yang dituangkan ke dalam ’gelas jiwa’ kita akan menjadi
’minuman’ yang nikmat. Jiwa yang utuh, melihat jenazah dimakamkan, telinga jiwa
yang utuh akan mendengar ”Saudaraku, sekarang saya ’pergi’ lebih dahulu, suatu
saat engkau pasti akan ’menyusul’ saya. Apa yang sudah engkau siapkan?” Mata
jiwa melihat, suatu saat sayalah yang akan dimasukkan ke liang kubur, kondisi
seperti apakah yang saya inginkan di dalamnya?
Contoh lain, ketika diberi kesempatan memiliki mobil, orang-orang yang
jiwanya utuh akan melihat pesan seperti ini ”Wahai manusia, Allah SWT telah
menitipkan aku kepadamu, kebaikan seperti apa yang sudah engkau rencanakan bersamaku?”
Kita
akan menemukan banyak pesan-pesan kebaikan dalam hamparan hidup ini, meskipun
dari sesuatu yang semula kita anggap buruk. Semua ini menunjukkan bahwa setiap
kejadian adalah pemberitahuan (dari langit) agar kita menjadi pribadi yang
lebih baik.
Seperti
ketika telinga raga kita mendengar kata-kata yang buruk maka telinga jiwa
mendengar kata-kata yang lain. Dihina orang lain, telinga raga mendengar orang
lain mencaci maki, tetapi telinga jiwa mendengarnya seperti ”..saudaraku, yang
sabar ya.. karena kalau saya tidak seperti ini kepadamu kamu tidak punya
kesempatan untuk sabar..” bahkan mata jiwa melihat bahwa orang ini telah
’merelakan dirinya’ menjadi jembatan bagi kita untuk menuju kepada keadaan yang
lebih baik. Karena keadaan sabar kita adalah lebih baik dari sebelum kita
dihina..
Ketika
kita melihat orang lain melakukan perbuatan buruk, pesan kebaikannya adalah supaya
kita tidak menirunya. Karena
sesungguhnya tiadalah Allah SWT menciptakan keburukan, kecuali supaya manusia
meninggalkannya.
Mari
kita lihat lebih dekat lagi tentang makna hidup...
Semua
orang pasti akan menerima bahwa LIFE’s JOURNEY. Hidup adalah perjalanan. Kalau
kita melakukan perjalanan, pasti kita meninggalkan tempat asal menuju tempat
tujuan. Tidak mungkin kita dari Jogja perjalanan menuju Jakarta misalnya, tapi
kita tidak mau meninggalkan Jogja, tidak akan sampai Jakarta. Seperti itu pula
hidup, Hidup berarti MENINGGALKAN KESENANGAN DUNIA menuju KESENANGAN AKHIRAT.
Dunia
dan kesenangan dunia tidaklah sama. Harta, keluarga, pangkat jabatan, dan
sebagainya adalah dunia yang bisa kita gunakan untuk merasakan kenikmatan
akhirat, sehingga menjadi bagian dari amal kebaikan. Misalnya sedekah, mendidik
anak mengenal Allah, dll. Sedangkan kesenangan dunia adalah tipuan-tipuan yang
mengiringinya, yang membuat kita lalai dari tujuan mendapatkan kesenangan
akhirat. Seperti hura-hura, korupsi, nonton bola, sinetron, dll. Inilah yang
harus kita tinggalkan.
Jiwa
yang utuh: Jadikanlah dunia yang kita cintai untuk mengejar surga, maka cinta
kita kepadanya semakin membuat kita merindukan surga.
Adapun
jiwa-jiwa yang pecah akan memandang hidup ini sebagai kesempatan untuk menjadi
lebih buruk. Indikasinya antara lain:
1. Dhulmun = mendahulukan kesenangan dunia daripada kesenangan akhirat. Berbuat semata-mata karena ingin.
1. Dhulmun = mendahulukan kesenangan dunia daripada kesenangan akhirat. Berbuat semata-mata karena ingin.
”
Tetapi
kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat
adalah lebih baik dan lebih kekal. “ QS. Al-A’laa :16-17
2. Ananiyyun = memandang diri sendiri sebagai sosok yang istimewa dan diistimewakan
3. Jahlun = bersahabat dengan sikap dan perbuatan yang tidak mencerahkan hidup di akhirat. Misalnya merutinkan diri nonton bola, sinetron, dll.
2. Ananiyyun = memandang diri sendiri sebagai sosok yang istimewa dan diistimewakan
3. Jahlun = bersahabat dengan sikap dan perbuatan yang tidak mencerahkan hidup di akhirat. Misalnya merutinkan diri nonton bola, sinetron, dll.
Wallau
a’lam bishshawab… ☺
Seperti disampaikan oleh Ust.
Syathori Abdurrauf, semoga Allah SWT merahmati beliau, amin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar